Thursday, March 26, 2020

MEDIA PEMBELAJARAN EKONOMI PLJK (PERMAINAN LEMBAGA JASA KEUANGAN) UNTUK MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERORIENTASI HOTS

01 JULI 2019

RISALAH AKADEMIK


MEDIA PEMBELAJARAN EKONOMI PLJK (PERMAINAN LEMBAGA JASA KEUANGAN) UNTUK MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERORIENTASI HOTS



Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mengikuti Olimpiade Guru Nasional (OGN) Tingkat Kabupaten
Tahun 2019



Diajukan oleh :

Nama                           :  Ike Devi Alanda, S.Pd., M.Pd.
NIP                             :  -
NUPTK                       :  0439753654300023
Nama Sekolah             :  SMK PARIWISATA METLAND
Provinsi                       :  Jawa Barat


PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN
2019



KATA PENGANTAR

Belajar adalah proses dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak bisa menjadi bisa. Maka keberhasilan dari belajar mengajar adalah siswa atau peserta didik menjadi tahu, atau menjadi bisa.
            Proses belajar dapat dilakukan dengan banyak cara, banyak metode, dan banyak media. Guru adalah manager, sebagai pemegang kunci keberhasilan proses belajar. Guru adalah orang yang menciptakan suasana belajar mengajar.
Suasana belajar apakah yang diinginkan guru dan siswa? Tentunya adalah suasana yang menyenangkan. Siswa belajar dengan gembira, semangat, dan dengan penuh kesadaran.
Fasilitas yang lengkap, mahal dan hebat adalah dambaan semua guru dan siswa. Namun guru dapat memberikan yang terbaik dalam proses belajar mengajar tanpa fasilitas yang mahal dan lengkap, salah satunya yaitu dengan permainan.
Permainan dapat dilakukan dengan atau tanpa bantuan alat. Kertas bekas, kardus bekas, papan tulis, spidol, dan semua hal yang ada di sekitar kita dapat dimanfaatkan. Bahkan hanya dengan kata-kata, hanya dengan gerakan tangan, kita dapat melakukan permainan.
Permainan dalam belajar terbukti menimbulkan rasa senang dan gembira. Kegembiraan dan semangat akan menghasilkan inovasi, kreativitas, dan prestasi.
Pembelajaran yang menyenangkan dapat menggunakan media pembelajaran yang menarik, dengan penanaman pendidikan karakter serta berorientasi HOTS.






DAFTAR ISI



KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
I.              PENDAHULUAN1
A.      LATAR BELAKANG MASALAH1
B.       RUMUSAN MASALAH4
C.       TUJUAN4
D.      MANFAAT4
II.           KAJIAN TEORI5
A.      MEDIA PEMBELAJRAN EKONOMI5
1.      EKONOMI5
2.      MEDIA PEMBELAJARAN6
B.       PEMBELAJARAN HOTS8
C.       PENDIDIKAN KARAKTER9
III.        PEMBAHASAN11
A.      KARAKTER BANGSA INDONESIA11
B.       PEMBELAJARAN BERORIENTASI HOTS14
DAFTAR PUSTAKA
PENULIS





PENDAHULUAN
                                                                                                                      
A.    LATAR BELAKANG MASALAH

 “29 Kepala Daerah Terjerat Kasus Korupsi” demikian bunyi kaleidoskop 2018 Kompas.com. Sepanjang tahun 2018 tercatat 29 kepala daerah dijerat KPK. Yang terakhir, KPK berhasil menangkap seorang bupati dalam OTT (Operasi Tangkap Tangan) karena diduga meminta, menerima, atau memotong Dana Alokasi Khusus (DAK) pendidikan sekitar 14,5% dari total Rp 46,8 miliar.
Dari 415 kepala daerah di seluruh Indonesia, 313 diantaranya tersangkut kasus korupsi di tahun 2004-2017. Ini berarti 75%, tiga dari empat kepala daerah terduga melakukan korupsi.
Bangsa Indonesia mayoritas adalah masyarakat yang percaya kepada tokoh yang dihormatinya. Ketidakpercayaan kepada tokoh masyarakat, terutama kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi menimbulkan kegelisahan di masyarakat.
Bangsa kita butuh keteladanan, pemimpin yang bisa menjadi contoh karakter yang baik, yang bisa memimpin bangsa Indonesia menuju tercapainya karakter bangsa yang terbaik.
Namun politik kepentingan merusak munculnya pemimpin-pemimpin potensial dengan banyaknya penyebaran berita bohong atau hoax. Di era media sosial sebaran hoax menjadi sesuatu yang sangat serius, karena begitu mudahnya akses terhadap media sosial, terlebih di tahun politik seperti saat ini.
Saluran terbanyak penyebar berita bohong atau hoax yaitu Facebook 82,25%, Whatsapp 56,55%, dan Instagram 29,48%. (Bangkapos.com, 13 September 2018). Lebih lanjut diungkapkan bahwa 44% rakyat Indonesia tidak bisa mendeteksi berita hoax.
Betapa besar kerusakan yang timbul akibat penyebaran berita bohong, saling menyerang, kebencian terhadap suku dan kelompok tertentu, retaknya hubungan baik, ketidakpercayaan, dan apatisme.
Ditambah lagi dengan banyaknya masalah di kalangan pelajar, seperti kurangnya perhatian orang tua dan lingkungan sehingga mereka menggunakan narkoba dan pergaulan bebas sebagai pelarian. Tuntutan dan ekspektasi yang tinggi untuk meraih prestasi juga menambah beban mereka.
Kesulitan yang dialami pelajar perlu mendapat perhatian kita semua, terutama orang tua dan kita kalangan pendidik. Pendidikan yang seperti apa yang dapat memperbaiki kerusakan dan merosotnya nilai-nilai kebaikan yang ada pada diri pelajar, adalah menjadi perhatian kita.
Laksamana Cunningham, British first sea lord, menulis dalam memoarnya, “It takes a navy three years to build a ship, but it takes a nation three hundred years to build a tradition.” Tradisi keilmuan dalam menyiapkan sumber daya manusia butuh waktu yang cukup lama.
Usai perang dunia kedua, Jepang mengalami kehancuran akibat dibomnya Hiroshima dan Nagasaki setelah sebelumnya berhasil menyerang pangkalan Amerika di Hawaii. Kaisar Hirohito bertanya kepada bawahannya, “Berapa banyak guru yang masih kita punya?”
Gugurnya lebih dari dua juta tentara Jepang dalam membela kehormatan Kaisar dan kehancuran Jepang diharapkannya dapat bangkit dan kembali menjadi bangsa yang bermartabat dengan jalan pendidikan.
Realisasi kebangkitan Jepang ternyata lebih cepat dari perkiraan. Jepang mengalami kemajuan ekonomi dan menjadi salah satu kekuatan teknologi dunia menyaingi barat.
Pentingnya peran guru dalam mempersiapkan sumber daya pendidikan yang berkualitas tinggi, tak bisa dipisahkan dari kebanggaan tertingginya untuk berbagi ilmu dan memimpikan siswa kelak menjadi orang yang berguna.
Guru sebagai garda terdepan dalam proses pendidikan harusnya mempunyai kemampuan untuk dapat membimbing para siswa menuju arah cita-cita bangsa, yaitu siswa yang berkarakter.
Namun para guru pun memiliki masalah tersendiri. Kemampuan mendidik perlu dipahamkan, lembaga yang bertugas mencetak pendidik antara lain institut keguruan atau sekolah tinggi keguruan. Di lembaga tersebut calon pendidik diberi pengetahuan mengenai cara mendidik, yaitu ilmu paedagogik.
Kurangnya ketersediaan lulusan lembaga keguruan menyebabkan banyaknya pendidik yang berlatar belakang non lembaga keguruan, sehingga masih perlu diberi pemahaman dan pengetahuan kependidikan.
Tidak hanya itu, tuntutan kepada para guru pun bukan hanya pada mendidik siswa saja, tetapi juga pemenuhan administrasi. Guru diharuskan membuat administrasi terkait pembelajaran, mulai dari perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Silabus, Jurnal dan agenda harian, beragam Program Penilaian, serta berbagai bentuk penilaian terhadap kinerja guru yang seringkali berubah format.
Selain itu, guru pun harus menyesuaikan pencapaian materi pembelajaran yang saya sebut sebagai “Kurikulum Kejar Target”. Karena jika kita melakukan pembelajaran dengan memperhatikan kemampuan siswa baik yang tercepat maupun yang paling lambat capaian materi tidak akan memenuhi dan tidak dapat sesuai dengan silabus.
Siswa tidak akan siap mengerjakan soal yang dibuat atas kesepakatan para guru setempat yang tergabung dalam komunitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) jika guru tidak kejar materi sesuai target bersama.
Kenyataannya, kualifikasi siswa di tiap sekolah berbeda. Siswa yang rata-rata laju belajarnya cepat, akan mudah menyesuaikan materi sesuai target. Namun banyak sekolah mengalami kesulitan kejar materi sesuai target karena heterogennya kualifikasi siswa.
Pada pidatonya di depan Universitas Indonesia saat menerima gelar Honoris Causa, Bung Karno antara lain berkata bahwa ilmu harus bermanfaat untuk mempermudah tercapainya tujuan, dan dalam melaksanakannya harus penuh dedikasi dan dalam mengamalkannya senantiasa selalu berpikir dan berpikir. Selalu mencari, dengan wawasan berpikir yang luas.
Bagi beliau, ilmu pengetahuan hanya berharga penuh jika dipergunakan, jika diamalkan untuk kemanfaatan manusia, untuk kemanfaatan bangsa.
Oleh karena itu kita wajib berjuang untuk memperbaiki keadaan. Tanamlah benih sawo, dimanapun ia ditanam maka benih sawo akan tumbuh menjadi pohon sawo. Tidak akan benih sawo itu tumbuh menjadi pohon mangga.
Maka  menjadi sangat penting untuk kita mendidik siswa-siswi kita dengan menanamkan pendidikan karakter dengan berorientasi HOTS, Higher Order Thinking Skills.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :
1.      Apakah terdapat interaksi antara penanaman pendidikan karakter dengan pendidikan berorientasi HOTS?
2.      Apakah media pembelajaran PLJK dapat menanamkan pendidikan karakter?
3.      Apakah media pembelajaran PLJK berorientasi HOTS?
4.      Apakah media pembelajaran PLJK dapat menanamkan pendidikan karakter berorientasi HOTS?

C.     TUJUAN
Tujuan pembuatan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Lomba Guru Nasional 2019.

D.    MANFAAT
Karya ilmiah ini bermanfaat untuk :
1.      Siswa, untuk menanamkan pendidikan karakter berorientasi HOTS.
2.      Guru, sebagai referensi dalam mengelola pembelajaran, sehingga dapat menyelenggarakan pendidikan karakter berorientasi HOTS.
3.      Sekolah, sebagai masukan untuk penanaman pendidikan karakter siswa secara menyeluruh sehingga mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berkarakter dan berorientasi HOTS.
4.      Sebagai masukan bagi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terkait upaya menanamkan pendidikan karakter berorientasi HOTS.


KAJIAN TEORI

A.    MEDIA PEMBELAJARAN EKONOMI
1.      Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari kegiatan manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.
Ekonomi berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti keluarga, rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan, aturan,  hukum. Secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga.
Kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya  terbatas, sehingga muncullah ilmu ekonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya, juga memilih dan menciptakan kemakmuran.
Adam Smith disebut sebagai orang yang pertama mengembangkan ilmu ekonomi pada abad ke-18, dia dikenal dengan aliran klasiknya, yaitu adanya invisible hand dalam mengatur pembagian sumber daya, dan karenanya peran pemerintah menjadi sangat dibatasi karena akan mengganggu proses ini. Konsep invisible hand ini diperkenalkan sebagai mekanisme pasar dengan harga sebagai instrumen utamanya. Selanjutnya dia berpendapat bahwa ekonomi adalah penyelidikan yang berkaitan tentang keadaan dan sebab adanya kekayaan negara.
Menurut Allen W. Smith, ekonomi adalah ilmu yang mempelajari pilihan. Bagaimana manusia memilih untuk menggunakan sumber daya yang terbatas dalam usaha memenuhi keinginan-keinginannya yang tak terbatas.[1]
Sedangkan menurut Abraham Maslow, ekonomi adalah salah satu bidang kajian yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi  yang ada dengan  berdasarkan pada prinsip dan teori dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efisien.
Paul Wonnacott dan Ronald Wonnacott berpendapat ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya, bagaimana mereka memenuhi kebutuhannya akan makanan, tempat tinggal, pakaian dan barang kebutuhan lainnya. Suatu studi mengenai bagaimana mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan bagaimana cara mengurangi masalah-masalah yang timbul.[2]
Menurut Paul A. Samuelson, ekonomi adalah cara yang dilakukan manusia dan kelompoknya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk memperoleh berbagai komoditi dan mendistribusikan kepada masyarakat untuk dikonsumsi.
Soediyono Reksoprayitno mendefinisikan ekonomi sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhannya mengadakan pemilihan diantara berbagai alternatif pemakaian atas alat-alat pemuas kebutuhan yang tersedianya relatif terbatas.[3]
Tokoh lainnya antara lain Alfred Marshall, J.M. Keynes, Karl Marks dan Edmund Phelps yang meraih penghargaan Nobel dalam bidang ekonomi pada tahun 2006.
Ilmu ekonomi secara subjek dibagi menjadi mikro ekonomi dan makro ekonomi.  Teori ekonomi difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen keluarga, bisnis dan pemerintah, ekonomi digunakan dalam bidang moneter, penelitian ilmiah, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya.

2.      Media Pembelajaran
Saat ini informasi bergerak sangat cepat, makin beragam dan bervariasi. Penyebarannya pun semakin cepat dan mudah. Dunia ada di ujung jari, dengan hanya satu klik maka terkirim dan tersebarlah suatu informasi.
Media berarti pengantar atau perantara. Media merupakan segala bentuk dan saluran untuk proses transmisi informasi. Media digunakan hampir semua orang di era digital sekarang ini. Bagi sebagian orang media menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya.
Istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukkan usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja , dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
Asosiasi Pendidikan Nasional di Amerika (National Education Association /NEA) mendefinisikan media dalam lingkup pendidikan adalah segala sesuatu yag dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, ataupun dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut.
Gagne (1970) menyatakan bahwa media pendidikan adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan Briggs (1970) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk memberikan perangsang bagi si belajar supaya proses belajar terjadi.
Kegunaan media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1)                      Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada
otak.
2)                      Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.
3)                      Media dapat melampaui batas ruang kelas.
4)                      Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.
5)                      Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
6)                      Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7)                      Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar.
8)                      Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari sesuatu yang konkret maupun abstrak.
9)                      Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.
10)                  Media meningkatkan kemampuan keterbacaan baru (new literacy) yaitu kemampuan untuk membedakan dan menafsirkan objek, tindakan, dan lambang yang tampak, baik yang alami maupun buatan manusia, yang terdapat dalam lingkungan.
11)                  Media mampu meningkatkan efek sosialisasi, yaitu dengan meningkatnya kesadaran akan dunia sekitar.
12)                  Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri.[4]

Menurut Haney dan Ullmer dalam Yusufhadi Miarso ada tiga kategori utama berbagai bentuk media pembelajaran, yang pertama adalah  media penyaji, yaitu media yang mampu menyajikan informasi berupa grafis, gambar diam, film, proyeksi, media audio, media visual, televisi dan multimedia. Yang kedua adalah media objek, yaitu media yang mengandung informasi. Dan yang ketiga adalah media interaktif, yaitu media yang memungkinkan untuk berinteraksi.[5]

B.     PEMBELAJARAN HOTS
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.[6]
Sedangkan pembelajaran dalam pendidikan diartikan sebagai proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Gagne (1977) berpendapat bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal.
Pembelajaran yang berkualitas adalah salah satu idealisme dalam dunia pendidikan yang akan menghasilkan siswa dengan ketereampilan berpikir tingkat tinggi, HOTS, Higher Order Thinking Skills.
Resnick (1987) dalam Istiqomah menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi itu:
a.       Nonalgorithmic, yaitu cara bertindak tidak sepenuhnya ditentukan sebelumnya.
b.      Kompleks, dengan total lintasan yang tidak terlihat dari satu titik pandang.
c.       Sering menghasilkan solusi, masing-masing memiliki dampak dan manfaat.
d.      Ada nuansa keterlibatan penilaian dan interpretasi.
e.       Melibatkan penerapan beberapa kriteria, yang terkadang bertentangan satu sama lain.
f.       Melibatkan pengaturan diri pada proses berpikir daripada pelatihan.
g.      Melibatkan makna yang mengesankan, menemukan sttruktur dalam gangguan yang jelas.
h.      Berusaha dengan kerja mental yang cukup besar.

Susan Brookhart (2010) mendefinisikan keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu berpikir tingkat tinggi sebagai sebuah transfer, berpikir tingkat tinggi sebagai berpikir kritis, dan berpikir tingkat tinggi sebagai pemecahan masalah.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi menurut Narayanan dan Adithan (2015)  merupakan ranah kognitif analisis, evaluasi, dan mencipta.
Sedangkan Thomas dan Thorne (2009) menyebutkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi menuntut proses berpikir yang lebih tinggi daripada hanya menyatakan kembali fakta yang diterima. Siswa dituntut untuk memahami, membuat kesimpulan, menghubungkan informasi (fakta dan konsep) yang ia peroleh dengan informasi lain, mengkategorikan mereka, memanipulasinya, menggabungkannya dengan cara baru, dan menerapkannya sebagai solusi baru untuk mengatasi permasalahan yang baru.

C.     PENDIDIKAN KARAKTER
Karakter menurut Sigmund Freud adalah kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku.
Menurut Drs. Hanna Djumhana Bastaman, M.Psi, karakter merupakan aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi dari nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya.
H. Soemarno Soedarsono menyatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai yag terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan, dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai intrinsik yang mewujud dalam sistem daya juang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku kita.
Sedangkan menurut DR. Nani Nurrachman, karakter adalah sistem daya juang yang menggunakan nilai-nilai moral yang terpatri dalam diri kita yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku.
Dalam Webster New Word Dictionary, karakter adalah distinctive trait (sikap yang jelas), distinctive quality (kualitas yang tinggi), moral strength (kekuatan moral), the pattern of behaviour found in an individual or group (pola perilaku yang ditemukan dalam individu maupun kelompok).
Soemarno Soedarsono (2008) menyebutkan bahwa karakter bangsa merupakan akumulasi atau sinergi dari karakter individu anak bangsa yang berproses secara terus-menerus yang mengelompok menjadi bangsa Indonesia. Karakter bangsa akan ditampilkan sebagai nilai-nilai luhur yang digali dari khasanah Ibu Pertiwi dan mencerminkan tata nilai kehidupan nyata anak bangsa oleh founding fathers dan dirumuskan dalam suatu tata nilai yang kita kenal sebagai Pancasila.






PEMBAHASAN

A.    KARAKTER BANGSA INDONESIA
Mengutip pidato Presiden pertama Indonesia, Sukarno ketika menerima gelar Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Dakwah, gelar Guru Besar Kehormatan, dan gelar Pendidik Agung dari IAIN di Jakarta 2 Desember 1964, yang mengatakan kita harus naik di dalam world of the mind, kita buka alam pemikiran kita, naik ke angkasa untuk melihat bagaimana sesuatu itu terlihat.
What is behind us, what is before us. Apa yang telah kita alami di dalam alam sejarah yang dahulu, dan apa yang harus kita kerjakan untuk membangun satu future, hari kemudian yang gilang-gemilang.
Masa depan seperti apa yang kita ingin bangun?
Apa yang harus dikerjakan untuk membangun suatu masa depan?
Untuk apa kita membangun masa depan?
Bung karno menyatakan bahwa tujuan hidupnya adalah untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada tanah air, mengabdi kepada bangsa, mengabdi kepada cita-cita.
Pancasila adalah dasar negara. Ketuhanan Yang Maha Esa disebutkan sebagai dasar yang pertama. Oleh karena itu yang harus kita kerjakan pertama-tama dan yang harus kita bangun sebagai dasar yang pertama dan utama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pancasila sebagai dasar negara kita merupakan kepribadian, merupakan karakter bangsa kita, bangsa Indonesia. Namun bangsa Indonesia harus berjuang terus, berjuang dalam arti membangun, membangun materiil, membangun moril, agar kepribadian, karakter bangsa Indonesia, yaitu Pancasila bisa benar-benar hidup dalam setiap rakyat Indonesia.
Karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai intrinsik dalam diri kita dan mewujud dalam suatu sistem daya juang yang akan melandasi pemikiran sikap dan perilaku kita.
Karakter tidak datang dengan sendirinya, kita harus membentuknya, kita tumbuh kembangkan, kita bangun secara sadar dan sengaja. Pembangunan karakter adalah proses yang tak pernah berhenti. “Character building is a never ending process.”
Dalam pembangunan karakter, ada empat koridor yang perlu dilakukan, yaitu :
1.      Internalisasi tata nilai
2.      Menyadari mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (The does and the don’ts)
3.      Membentuk kebiasaan (habit forming), dan
4.      Menjadi teladan (Role model) sebagai pribadi berkarakter.
Karakter adalah hasil dari kebiasaan yang kita tumbuh kembangkan. Untuk membangun karakter yang perlu kita lakukan adalah membentuk kebiasaan (habits forming) yang berarti kita harus menanamkan pada diri kita kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Karakter itu perlu dengan sengaja dibangun, dibentuk, ditempa, dan dikembangkan serta dimantapkan.
Pada era orde baru, setiap siswa dan mahasiswa baru diwajibkan mengikuti penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Pancasila sebagai dasar negara kita merupakan karakter menjadi cita-cita bangsa.
Nazaruddin Syamsuddin (1989) mengatakan sosialisasi nilai-nilai Pancasila, seperti melalui penataran P4 merupakan salah satu cara terbaik untuk membuat masyarakat menyadari, mengetahui dan menghayati ideologi negara.
Internalisasi tata nilai, dilakukan secara bertahap, dan terus menerus. Internalisasi dilakukan dengan cara pembiasaan terlebih dahulu. Pembiasaan-pembiasaan perbuatan baik, perlu dilakukan secara terus menerus di seluruh sekolah di Indonesia.
Pembiasaan yang harus dilakukan adalah yang berkaitan dengan karakter bangsa Indonesia, yaitu :
1.      Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan selalu hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.      Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan perbuatan.
3.      Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan aga, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.      Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
5.      Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6.      Kreatif, adalah cara berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.      Mandiri, adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.      Demokratis, adalah cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.      Rasa ingin tahu, adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
10.  Semangat kebangsaan, adalah cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.  Cinta tanah air, adalah cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan rasa kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12.  Menghargai prestasi, adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.  Bersahabat/komunikatif, adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14.  Cinta damai, yaitu sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15.  Gemar membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebaikan bagi dirinya.
16.  Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17.  Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18.  Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

B.     PEMBELAJARAN BERORIENTASI HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)
Pembelajaran berorientasi HOTS, Higher Order Thinking Skills, yaitu pembelajaran dengan orientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi, agar siswa dapat berpikir kritis dan memecahkan masalah.
Keterampilan tingkat tinggi adalah kemampuan siswa untuk menganalisa, mengevaluasi dan mencipta.
Di Asia Tenggara, negara Jepang, Hongkong, Korea Selatan, dan Singapura menyetel sistem pendidikan mereka menjadi lebih cepat dan hasil pembelajaran mereka lebih maju terutama dalam bidang kemampuan membaca, matematika dan IPA.
Amerika Serikat banyak melakukan eksperimen di negara-negara bagiannya dengan fokus memperketat akuntabilitas guru dan sekolah demi tingkat pencapaian siswa dan kelulusan yang tinggi.
Sistem pendidikan di Australia, Selandia Baru, Jerman, dan Belanda telah menerapkan model yang baru dan menarik untuk memonitor perkembangan pendidikan, menyampaikan informasi kepada orang tua hal-hal positif yang telah dilakukan sekolah, dan menciptakan bentuk kepemimpinan pendidikan yang baru.
Namun kemajuan dan keberhasilan yang dicapai negara-negara tersebut di atas berubah ketika OEDC (Organization for Economic Cooperation and Development/ Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi) memublikasikan hasil studi internasional pertamanya, tentang kemampuan anak-anak berusia 15 tahun yang berhubungan dengan keterampilan membaca, matematika dan ilmiah yang telah mereka peroleh di dalam dan di luar sekolah, yang dikenal dengan PISA (Programme for International Student Assessment/ Program Penilaian Siswa Internasional).
Finlandia, di luar perkiraan, negara dengan populasi hampir 5,5 juta orang, telah mencatatkan dirinya melampaui 31 negara OECD lain dalam tes yang dirancang untuk menunjukkan seberapa baik orang muda akan berhasil memahami pengetahuan ekonomi yang dinamis ketika mereka beranjak dewasa.
Lebih lanjut lagi, pencapaian siswa di Finlandia dapat mencapai hasil yang mengagumkan hanya dengan belajar di sekolah yang masuk kategori sederhana. Pembelajaran anak-anak di sekolah tidak terlalu dipengaruhi latar belakang keluarga dibandingkan dengan negara lainnya.
Ada lima unsur penting yang membuat siswa Finlandia leebih baik daripada teman sebaya mereka di penjuru dunia lain. Lima unsur itu adalah :
1.      Pendidikan dan perkembangan yang seimbang, menyeluruh, dan berorientasi pada anak, serta meletakkan fondasi pembelajaran yang baik dan layak. Tidak ada sekolah swasta, tidak ada persaingan antarsekolah, sehingga semua sekolah harus menjadi sekolah yang baik tanpa menghiraukan dimana mereka berada dan siapa yang mereka layani. Mayoritas siswa belajar dalam beragam kelas sosial, tanpa memisah-misahkan kemampuan atau status sosial mereka. Sehingga guru dan orangtua fokus terhadap kesejahteraan, kesehatan, dan kebahagiaan siswa.
2.      Para guru harus lulus dari program magister berbasis penelitian yang sama seperti profesi lain di Finlandia. Para guru baru mempelajari psikologi anak, pedagogi, pendidikan khusus, mata pelajaran didaktik, dan kurikulum  yang lebih banyak daripada rekan-rekan mereka di perguruan tinggi sebagai bekal tanggung jawab profesi mereka yang lebih luas di sekolah mereka.
3.      Setiap sekolah diberi sumber daya dan personel yang cukup untuk menangani dan menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan pendidikan, teutama siswa.
4.      Kepemimpinan pendidikan harus berada di tangan pendidik yang berpengalaman dan berkualitas. Di sekolah Finlandia, para pemimpin adalah para guru, dan para guru adalah para pemimpin (pedagogis).
5.      Anak dan kaum muda Finlandia secara aktif ikut serta dalam bermacam kegiatan di luar sekolah dan di luar pekerjaan mereka. Kegiatan paling umum adalah olahraga, seni dan budaya. Kegiatan di luar sekolah yang menjadi hobi, memainkan peran yang besar dalam performa mereka di sekolah.
Selain lima unsur penting diatas, ada beberapa hal yang tidak kalah penting dalam faktor penentu keberhasilan pembelajaran di Finlandia. Faktor yang pertama adalah faktor kegembiraan.
Doug Lenov (2015) dalam Timothy D. Walker menyebutkan bahwa faktor kegembiraan di ruang kelas merupakan sebuah alat yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan pencapaian.
Kegembiraan dapat dipahami sebagai keadaan emosi positif yang meningkat, sehingga dapat memperbaiki produktivitas dan meningkatkan kecerdasan sosial dan emosional.
Faktor kedua adalah belajar sambil bergerak.  Guru menyampaikan semua pelajaran kurang dari 15 menit. Siswa melakukan transisi dengan cepat dan bekerja lebih efisien dalam pembelajaran berdurasi pendek.
Finlandia memiliki hari sekolah yang pendek dengan istirahat 15 menit yang sering. Tidak hanya siswa, guru pun sering terlihat bersantai, minum kopi, dalam jeda pembelajaran. Guru tidak dipusingkan dan dibebani tugas administratif, mereka datang tepat waktu dan pulang dalam waktu yang relatif sama dengan siswa.
Guru dan siswa diberi waktu istirahat yang sering dan keluar dari ruang kelas untuk menghirup udara segar.
Lantas apa yang dapat kita adaptasi di sekolah kita. Banyak hal menarik yagn dapat dilakukan dengan siswa dalam proses belajar di sekolah, yaitu dengan permainan. Permainan yang dilakukan adalah permainan yang merupakan media pembelajaran. Materi pelajaran dibuat ke dalam suatu permainan, sehingga siswa belajar dan mau aktif dalam kegiatan belajar dengan senang dan gembira.
Bermain itu menyenangkan, tidak hanya bagi siswa, bagi kita para guru yang dewasa pun menyenangkan. Demikian pula pada masyarakat kita pada umumnya, maka tidak heran banyak orang yang membuat aneka permainan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan kaum muda untuk bermain.
Permainan sebagai media pembelajaran dapat dibuat sedemikian rupa sehingga  bisa menjadi sarana pendidikan berkarakter dan berorientasi HOTS.
Salah satu contohnya adalah Permainan Lembaga Jasa Keuangan. Permainan ini dibuat untuk mata pelajaran ekonomi SMA kelas X Kompetensi Dasar  Lembaga Jasa Keuangan. Dalam permainan ini, semua materi dapat dipelajari siswa dengan cara mengambil kartu pertanyaan yang dipilihnya. Kartu pertanyaan dibuat oleh guru, dapat pula dibuat bersama-sama dengan siswa, dengan menuliskan pertanyaan dan atau pernyataan yang bermuatan pendidikan karakter dan berorientasi HOTS.
Permainan ini pun menuntut siswa untuk meningkatkan literasinya, baik yang bersumber dari buku-buku, maupun dari literasi favorit mereka, yaitu internet.
Selama permainan siswa bergerak, berpikir, menganalisa, berliterasi, berkreasi, mengevaluasi dan memunculkan karakter mereka. Peran guru adalah sebagai fasilitator, pemimpin permainan, mengarahkan dan menanamkan karakter yang diharapkan.
Guru dapat membuat permainan dari barang bekas atau bahan apa pun yang ada di sekitarnya. Ada dua bagian yang harus dilengkapi dari permainan ini, pertama adalah board, atau papan utama permainan, dapat berupa karton, kardus, atau kertas seukuran 100 cm x 60 cm. Board diberi gambar atau lambang sesuai kebutuhan dan sesuai dengan materi, yaitu Lembaga Jasa Keuangan.
Selanjutnya yang kedua adalah potongan-potongan kertas atau kartu. Potongan-potongan kertas atau kartu ini akan dituliskan pertanyaan atau pernyataan berkaitan dengan Lembaga Jasa Keuangan. Contoh pertanyaan dan pernyataan materi Lembaga Jasa Keuangan adalah sebagai berikut :
1.      Otoritas Jasa Keuangan
a.       Apa yang dimaksud dengan OJK?
b.      Jelaskan latar belakang dibentuknya OJK!
c.       Apakah dasar pembentukan OJK?
d.      Apa tujuan dibentuknya OJK?
e.       Sebutkan wewenang OJK!
f.       Jelaskan Fungsi OJK!
g.      Sebutkan tugas-tugas OJK!
h.      Sebutkan asas-asas OJK!
i.        Siapakah pimpinan tertinggi OJK?
2.      Bank Perkreditan Rakyat
a.       Jelaskan apa yang dimaksud dengan BPR!
b.      Siapa pemilik BPR?
c.       Usaha apa yang dapat dilakukan BPR?
d.      Jasa apa yang diberikan BPR?
e.       Apa saja yang tidak boleh dilakukan BPR?
f.       Apakah BPR dapat menerima simpanan dan deposito?
g.      Apakah BPR dapat menerima simpanan giro?
h.      Apakah BPR  melakukan usaha asuransi?
3.      Bank Syariah
a.       Jelaskan definisi bank syariah!
b.      Buatlah perbandingan antara bank syariah dengan bank konvensional!
c.       Apakah keuntungan dari bank syariah?
d.      Sebutkan produk perbankan syariah!
e.       Kegiatan usaha apa yang dapat dilakukan bank syariah?
f.       Sebutkan unsur-unsur yang dilarang dalam transaksi perbankan syariah!
g.      Sebutkan contoh-contoh bank syariah yang ada di Indonesia!
h.      Apa yang dimaksud dengan Murabahah?
i.        Apa yang dimaksud dengan Musharakah?
j.        Apa yang dimaksud dengan Mudharabah?
k.      Bagaimanakah mekanisme menabung di bank syariah?
4.      Pasar Modal
a.       Jelaskan definisi pasar modal!
b.      Jelaskan mekanisme transaksi pasar modal di pasar perdana!
c.       Jelaskan mekanisme transaksi pasar modal di pasar sekunder!
d.      Sebutkan tugas bursa efek!
e.       Apa manfaat pasar modal?
f.       Bagaimana cara memilih invertasi di pasar modal?
g.      Sebutkan lembaga-lembaga pengelola pasar modal!
h.      Apa yang dimaksud dengan saham?
i.        Apa yang dimaksud dengan obligasi?
j.        Sebutkan pelaku pasar modal!
k.      Sebutkan keuntungan dan kerugian instrumen pasar midal?
l.        Sebutkan kelemahan pasar modal?
m.    Sebutkan daftar perusahaan yang telah menjual sahamnya di pasar modal!
5.      Asuransi
a.       Jelaskan pengertian asuransi!
b.      Sebutkan manfaat asuransi!
c.       Sebutkan jenis-jenis asuransi!
d.      Jelaskan peran asuransi!
e.       Sebutkan fungsi asuransi!
f.       Sebutkan kelebihan dan kelemahan asuransi!
g.      Sebutkan contoh produk asuransi!
h.      Sebutkan lembaga penyelenggara asuransi!
6.      Pegadaian
a.       Jelaskan apa yang dimaksud dengan pegadaian!
b.      Jelaskan fungsi pegadaian!
c.       Sebutkan prinsip kegiatan usaha pegadaian!
d.      Sebutkan peran lembaga pegadaian!
e.       Sebutkan jenis-jenis pegadaian!
f.       Jelaskan prinsip kegiatan usaha pegadaian!
g.      Sebutkan produk-produk pegadaian!
7.      Pembiayaan
a.       Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembiayaan!
b.      Jelaskan prinsip kegiatan usaha lembaga pembiayaan!
c.       Jelaskan peran lembaga pembiayaan!
d.      Apa fungsi lembaga pembiayaan?
e.       Sebutkan jenis-jenis lembaga pembiayaan!
f.       Sebutkan produk-produk lembaga pembiayaan!
g.      Sebutkan contoh lembaga pembiayaan!
8.      Dana Pensiun
a.       Jelaskan mengenai dana pensiun!
b.      Sebutkan manfaat dana pensiun!
c.       Jelaskan fungsi dana pensiun!
d.      Jelaskan prinsip kegiatan usaha dana pensiun!
e.       Sebutkan peran dana pensiun!
f.       Sebutkan jenis-jenis dana pensiun!
g.      Sebutkan kelebihan dan kelemahan dana pensiun!
h.      Sebutkan produk-produk dana pensiun!
i.        Sebutkan lembaga penyelenggara dana pensiun!


Cara bermain :
1.        Siswa dibagi dalam kelompok kecil (3 orang), masing2 kelompok mendapat 1 post it bertulis angka 1 dst atau huruf A dst.
2.        Setiap kelompok mendapat pendapatan awal Rp 100.000,- dan masuk ke penambahan rekening.
3.        Selanjutnya jika telah melewati start (satu putaran) berhak mendapat Rp 100.000,-
4.        Ketika mendapat giliran jalan, salah satu anggota kelompok melempar dadu dan jalan sesuai jumlah yg didapat.
5.        Jika berhenti di salah satu kotak, ambil kartu yang sama dengan nama kotak, contoh jika berhenti di kotak OJK maka ambil kartu OJK, kemudian kerjakan soal yang tertulis di kartu.
6.        Jika berhenti di kotak Simpanan dan Investasi atau Sekilas Info dan mendapatkan gambar uang maka uang tersebut masuk ke catatan penambahan rekening, jika yang didapat mata uang asing maka harus dihitung ke dalam rupiah terlebih dahulu (searching harga kurs terkini).
7.        Jika berhenti di kotak Kredit dan Pembiayaan dan mendapatkan gambar uang maka jumlah uang tersebut masuk ke catatan pengeluaran, jika kartu yang didapat adalah “membayar ongkos kereta cepat ke Swiss” maka silahkan searching harga tiket kereta cepat menuju Swiss di Eropa”.
8.        Jika mendapat kartu merah, maka anda dikeluarkan dari permainan, bisa kembali bermain setelah membayar denda Rp 300.000,-
9.        Pemenang adalah kelompok bersaldo terbesar dan menjawab soal pertanyaan terbanyak.

Selama permainan berlangsung biarkan siswa bertanya dan mencari jawaban dari buku pegangan dan multimedia atau internet. Di akhir permainan, guru dan siswa membahas materi dan mengambil kesimpulan.





DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Aplikasi Manajemen Sekolah. Yogyakarta: Diva Press, 2012.

Farodis, Zian. Panduan Manajemen Pendidikan ala Harvard University. Yogyakarta: Diva Press, 2011.

Istiqomah. Pembelajaran dan Penilaian Higher Order Thinking Skills, Teori dan Inspirasi Pembelajaran untuk Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0. Surabaya: Pustaka Media Guru, 2018.

Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Pemimpin Abnormal Itu?. Jakarta: CV Rajawali, 1986.

Keraf, Gorys. Komposisi. Ende: Nusa Indah, 1980.

Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknolog Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. 2011.

Rusydie, Salman. Prinsip-prinsip Manajemen Kelas, Tuntunan Kreatif dan Inovatif untuk Keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press,

Sallis, Edward. Total Quality Management in Education, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Peran Strategis Pendidikan di Era Globalisasi Modern. Yogyakarta: Ircisod, 2011.

Soedarsono, Soemarno. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa, Peran Penting Karakter dan Hasrat untuk Berubah. Jakarta: PT Gramedia, 2008.

Sukarno. Ilmu dan Perjuangan, Kumpulan Pidato ketika menerima gelar Doctor Honoris Causa dari universitas dalam negeri. Jakarta: Inti Idayu Press – Yayasan Pendidikan Sukarno, 1986.

Suriasumantri, Jujun S. Ilmu dalam Perspektif, Sebuah Kumpulan Karangan tentang Hakekat Ilmu. Jakarta: PT Gramedia, 1981.

Uno, Hamzah B., dan Satria Koni. Assessment Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.

Walker, Timothy D. Teach like Findland, Mengajar seperti Finlandia, 33 Strategi Sederhana untuk Kelas yang Menyenangkan. Jakarta: PT Gramedia, 2017.



Penataran P4 pada masa orde baru. https://brainly.co.id/tugas/3549598

Bahan IPS : 18 Karakter Bangsa Indonesia, alfiskaoktayati.blogspot.com/2013/06/18-karakter-bangsa-indonesia.html



PENULIS
Description: E:\FOTO\Pas Foto\10. b. 2013.jpg
Ike Devi Alanda, M.Pd., adalah guru Akuntansi di SMK Pariwisata Metland Cileungsi (2019-sekarang). Sebelumnya istri dari Letkol Laut (KH) Drs. Mulya Deby Agus Hartawan, M.Si., dan ibu dari empat putra dan putri yang lahir di Jakarta pada 7 November 1975 ini telah mengajar di SMA Muhammadiyah 23 Jakarta Timur (2003-2005), SMK Satria Bangsa Tajur Halang Bogor (2005-
2007), SMA SIT Fajar Hidayah Kota Wisata Cibubur (2007-2013), SMA dan SMK Hikmah Yapis Jayapura Papua (2013-2014), dan SMA Muhammadiyah Cileungsi Bogor (2014-2019).
Berbekal pendidikan yang didapat dari IKIP Jakarta dan Universitas Asy-Syafiiyah, serta pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, muncul ide dan gagasan membuat media pembelajaran untuk siswa sekolah menengah atas yang beberapa diantaranya telah disosialisasikan di PLPG Ekonomi Kabupaten Bogor (2016), dan MGMP Ekonomi Kabupaten Bogor (2018).
Media pembelajaran yang pernah diikutkan dalam Lomba Guru Inovatif tingkat Kabupaten Bogor adalah Monopoli Lembaga Jasa Keuangan yang meraih Juara II (2018). Media yang telah disosialisasikan antara lain Coin Game, Guessing Words, Kartu Perdagangan Internasional, Roulette Akuntansi, dan Kwartet Animal for Kids.





[1] DR. Allen W. Smith, Understanding Economic, (New York : 1986), h. 3.
[2] Wonnacott, Paul dan Ronald Wonnacott, Economics, (New York: 1979), h. 3.
[3] Prof. Dr. Soediyono Reksoprayitno, Pengantar Ekonomi Makro, (Yogyakarta: BPFE), h. 1.
[4] Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009) h.458-460.
[5] Yusufhadi Miarso, loc.cit pp.462-463.
[6] Pembelajaran, wikipedia, https://id.m.wikipedia.org

1 comment: