PERSEDIAAN
PENGERTIAN
Rangkuti (2004:1)
“persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan
dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan
barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun
persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi”
JENIS-JENIS
PERSEDIAAN
1.
Persediaan
Bahan Baku
2. Persediaan
Bahan Penolong/Pembantu
3. Persediaan
Barang Dalam Proses
4.
Persediaan
Barang Jadi
SISTEM
PENCATATAN PERSEDIAAN
1.
PERIODIK / FISIK
Setelah akhir periode pencatatan akuntan wajib opname ulang
persediaan yang dimiliki perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menghitung harga
pokok penjualan yang nantinya untuk menghitung laba-rugi perusahaan selama satu
periode pencatatan
HPP=Stok Awal + pembelian – penjualan – Stok akhir
|
Sistem
persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan
dihitung secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik
tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang
ada ditangan. Sistem fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas
persediaan barang dan dilakukan pada akhir periode akuntansi. Cara
perhitungan harga pokok penjualan dilakukan seperti berikut
ini:
Persediaan barang dagang pada awal
periode Rp. xxx
Pembelian Rp. xxx
Biaya angkut
pembelian Rp.
xxx
Rp. xxx
Retur
& pot. Pembelian ( Rp. xxx )
Pembelian
bersih Rp. xxx
Barang
tersedia untuk
dijual Rp. xxx
Persediaan
akhir
periode ( Rp. xxx )
Harga
pokok
penjualan Rp. xxx
Ciri-ciri
sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut :
Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan
tidak diperhitungkan dalam suatu catatan tertentu.
Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening
pembelian bukan persediaan barang.
Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk
perhitungan harga pokok penjualan dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
Sistem ini
cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan
persediaan, karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan
manajemen tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.
Metode
Penilaian Menurut Sistem Periodik
1. Metode
Identifikasi Khusus (Speciafic identification method)
Metode harga
pokok yang didasarkan atas metode identifikasi khusus adalah suatu metode
penilaian harga yang didasarkan atas nilai perolehan dari barang yang
sesungguhnya. Penggunaan metode ini biasanya dipakai untuk barang yang tidak
banyak unitnya (kuantitasnya) dan harganya pun cukup mahal.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2010 mempunyai data tentang
persediaan sebagai berikut:
Jan.
1 Persediaan 1.750
unit @ Rp. 6.000/unit
Jan.
5 Pembelian 1.000
unit @ Rp. 6.200/unit
Jan.
10 Pembelian 2.000 unit @
Rp. 6.250/unit
Jan.
15 Pembelian 1.500 unit @
Rp. 6.400/unit
Jan.
20 Pembelian 3.000 unit @
Rp. 6.250/unit
Jan.
25 Pembelian 2.500 unit @
Rp. 6.500/unit
Jan.
30 Pembelian 2.000 unit @
Rp. 6.400/unit
Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata
jumlah persediaan pada tanggal 30 Januari 2010 sebanyak 3.000 unit, terdiri
dari : Pembelian tanggal 30 Januari 50 %, pembelian tanggal 25 Januari 25% dan
selebihnya pembelian tanggal 5 Januari 2010.
Tentukan nilai perediaan tanggal 31 Januari 2010
dengan metode tanda pengenal khusus!
Jawab:
Nilai persediaan pada tanggal 31 Januari 2010
adalah :
1.500 x Rp.
6.400 = Rp. 9.600.000
750 x Rp.
6.500 = Rp. 4.875.000
750 x Rp.
6.200 = Rp. 4.650.000
3.000
unit Rp.19.125.000
2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)
Metode First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian persediaan yang
menganggap barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula.
Pada umumnya perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya
sangat sederhana baik sistem fisik maupun sistem perpetual akan menghasilkan
penilaian persediaan yang sama.
Cara
menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut :
Persediaan
awal
xxx
Pembelian xxx +
Tersedia untuk
dijual
xxx
Penjualan xxx –
Persediaan
akhir
xxx
Metode FIFO
yang didasarkan atas sistem fisik, nilai persediaan akhir ditentukan dengan
cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang terakhir
kali masuk, bila saldo fisik ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir
masuk maka sisanya diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk sebelumnya.
Sedangkan pada sistem perpetual pencatatan persediaan dilakukan secara terus
menerus dalam kartu persediaan. Pada sistem ini apabila ada transaksi penjualan
maka akan dijurnal dua kali, pertama mencatat harga pokok penjualan dan yang
kedua mencatat harga pokok barang yang dijual, seperti berikut ini :
Kas/ Piutang
Dagang
xxx
Penjualan
xxx
HPP
xxx
Persediaan
barang
xxx
3. Metode Masuk Terakhir Keluar
Pertama (Last In First Out)
Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian persediaan yang
terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini
memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan. Pengaruh penggunaan
metode LIFO terhadap penentuan laba bersih usaha, jika harga cenderung naik
maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya.
Metode LIFO
secara sistem fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga
pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik ternyata
lebih besar dari barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan dari harga
pokok perunit yang masuk berikutnya. Sedangkan dengan sistem perpetual, setiap
kali ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dicatat dalam kartu
persediaan.
4. Metode
rata-rata
a. Rata-rata
sederhana
Dalam metode
ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah harga per unit
setiap kali pembelian dibagi dengan jumlah atau frekwensi pembeliaannya.
Biaya
perunit = Total
harga perunit pembelian
Frekuensi
pembelian
Nilai persediaan
akhir =
Persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok
penjualan =
unit yang dikeluarkan x biaya perunit
b. Rata-rata
tertimbang
Dalam metode
ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah total nilai
pembelian dibagi dengan total unit yang dibeli.
Biaya
perunit = Jumlah
harga perunit x banyaknya unit
Banyaknya Unit
Nilai persediaan akhir =
persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok
penjualan =
unit yang dikeluarkan x biaya perunit
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang
persediaan sebagai berikut:
Jan.
1 Persediaan 1.000
unit @ Rp. 500/unit
Jan.
10 Pembelian 800
unit @ Rp. 550/unit
Jan.
18 Penjualan 900
unit
Jan.
20 Pembelian 700
unit @ Rp. 600/unit
Jan.
27 Penjualan 500
unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari
2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah 1.100 unit. dengan metode FIFO,
LIFO, Rata-rata sederhana, rata-rata tertimbang!
Jawab:
a. FIFO
Jumlah
persediaan 1.100 unit terdiri dari:
Pembelian tgl 20
Januari 2011 = 700 x Rp.
600 =
Rp. 420.000
Pembelian
tgl 20 Januari 2011 = 400 x Rp.
550 =
Rp. 220.000
Jumlah 1.100 Rp. 640.000
b. LIFO
Jumlah persediaan 1.100 unit
terdiri dari:
Persediaan tgl 1
Januari 2011 = 1.000 x Rp.
500 = Rp.
500.000
Pembelian
tgl 10 Januari 2011 = 100 x Rp.
550 =
Rp. 55.000
Jumlah 1.100 Rp. 555.000
c. Rata-Rata
Sederhana
Jumlah persediaan 1.100 unit
Harga
rata-rata per unit:
Rp. 500 + Rp. 550 + Rp.
600
=
Rp. 550
3
Jadi besarnya nilai/harga
pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
1.100 x Rp.
550 = Rp. 605.000
d. Rata-Rata
Tertimbang
Jumlah
persediaan 1.100 unit
Harga
rata-rata per unit:
(1.000 x Rp. 500) + (800 x Rp.
550) + (700 x Rp. 600)
1000
+ 800 + 700
= (Rp. 500.000 + Rp. 440.000 +
Rp. 420.000) : 2.500 = Rp. 544
Jadi
besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
1.100
x Rp. 544 = Rp. 598.400
2. PERPETUAL
Sistem
persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan
terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar
harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan
(kartu persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap
jenis persediaan, memuat nama barang, tempat penyimpanan barang, kode barang
dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian
(pemasukan), penjualan (pengeluaran) dan sisa atau saldo persediaan
Ciri-ciri
pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
Setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit
rekening persediaan barang.
Setiap terjadi pengeluaran barang (penjualan) dicatat
mengkredit persediaan sejumlah harga pokok penjualan.
Setiap saat dapat diketahui jumlah kuantitas sisa atau
saldo persediaan.
Sistem
perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi
karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi
perhitungan fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan
barang.
Perbedaan
pencatatan transaksi persediaan barang pada metode fisik dan perpetual secara
rinci pada tabel berikut:
Perbedaan Metode Fisik dan Perpetual
TRANSAKSI
|
METODE FISIK
|
METODE PERPETUAL
|
Pembelian
|
Pembelian
Utang
Dagang/Kas
|
Persediaan
barang
Utang dagang/Kas
|
Pembayaran Biaya Angkut Pembelian
|
Beban Angkut Pembelian
Kas
|
Persediaan barang dagang
Kas
|
Penjualan
|
Kas/Piutang Dagang
Penjualan
|
Kas/Piutang Dagang
Penjualan
(Menurut harga Jual)
Harga Pokok Penjualan
Persediaan
barang dagang
(Menurut harga pokok)
|
Utang Dagang/Kas
Retur
Pembelian & PH
|
Utang dagang/Kas
Persediaan barang
dag
|
|
Retur Penjualan & Potongan Harga
|
Retur Penjualan & PH
Kas/Piutang
Dagang
|
Retur Penjualan & PH
Kas/Piutang
(Menurut Harga jual)
Persediaan barang dagang
HPP
(Menurut Harga Pokok/perolehan)
|
Pembayaran utang dalam periode/masa potongan
|
Utang Dagang
Potongan
Pembelian
Kas
|
Utang Dagang
Persediaan
barang dagang
Kas
|
Penerimaan piutang dalam periode / masa potongan
|
Kas
Potongan Penjualan
Piutang
Dagang
|
Kas
Potongan Penjualan
Piutang
Dagang
|
Pembayaran biaya angkut penjualan
|
Beban angkut penjualan
Kas
|
Beban angkut penjualan
Kas
|
Perhitungan HPP
|
Seperti yang dijelaskan di atas
|
HPP akan dihitung berdasarkan kartu persediaan
barang
|
Penyesuaian Persediaan akhir
|
Iktisar L/R
Persediaan barang dag
Persediaan barang dag
Ikhtisar L/R
|
Tidak perlu penyesuaian kecuali jika terdapat
koreksi yang perlu disesuaiakan
|
Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem
perpetual dan sistem periodic, namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan
dengan persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian
diskon.
Transaksi
|
Sistem Periodik
|
Sistem Perpetual
|
||||||
1.
|
Membeli barang dag. secara. kredit Rp 10.000
|
Pembelian
Hutang
|
10.000
|
10.000 |
Pers. Brg Dag
Hutang
|
10.000
|
10.000 |
|
2.
|
Retur pemb.
Rp 500
|
Hutang
Retur Pemb.
|
500
|
500 |
Hutang
Pers. Brg Dag
|
500
|
500 |
|
3.
|
Terdapat barang yang dijual. Harga jual Rp 4.000 dan
HP barang Rp 1.500
|
Piutang/Kas
Penjualan
|
4.000
|
4.000 |
Piutang/Kas
Penjualan
HPP
Pers. Brg Dag
|
4.000
1.500
|
4.000
1.500
|
|
4.
|
Pada akhir tahun
|
Mutlak harus dilakukan inventarisasi fisik karena tanpa inventarisasi
fisik barang, tidak dapat diketahui persediaan yang ada
|
Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui persediaan, namun inventarisasi
perlu dilakukan
|
|||||
Misalkan menurut perhitungan fisik pd akhir thn saldo persediaan Rp 200
& pd awal tahun Rp 150.
|
Ikhtisar L/R
Pers. B.D.
Pers B.D
Ikhtisar L/R
|
150
200
|
150
200
|
Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama dengan saldo rekening
persediaan, perusahaan perlu membuat jurnal, jika sama tidak perlu membuat jurnal.
|
||||
Metode Penilaian Menurut Sistem Perpetual
Jika perusahaan
menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok barang yang dijual dan
persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual barang. Untuk mempermudah
pekerjaan menentukan harga pokok ini digunakan suatu kartu yang lazim disebut
Kartu Persediaan. Satu jenis barang disediakan satu Kartu. Dengan demikian
sistem ini baru cocok untuk persediaan yang nilainya tinggi.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang
persediaan sebagai berikut:
Jan.
1 Persediaan 1.000
unit @ Rp. 500/unit
Jan.
10 Pembelian 800
unit @ Rp. 550/unit
Jan.
18 Penjualan 900
unit
Jan.
20 Pembelian 700
unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27 Penjualan 500
unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari
2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah 1.100 unit. dengan metode FIFO,
LIFO, Rata-rata bergerak !
a. Metode
FIFO:
Dalam metode ini diasumsikan
bahwa harga pokok dari persediaan yang pertama kali masuk dari pembelian,
dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.
Tgl
|
Ket
|
Diterima
|
Dikeluarkan
|
Persediaan (saldo)
|
||||||
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
||
Jan 1
|
Persediaan
|
1000
|
500
|
500.000
|
||||||
10
|
Pembelian
|
800
|
550
|
440.000
|
1000
800
|
500
550
|
500.000
440.000
|
|||
18
|
Dijual
|
900
|
500
|
450.000
|
100
800
|
500
550
|
50.000
440.000
|
|||
20
|
Pembelian
|
700
|
600
|
420.000
|
100
800
700
|
500
550
600
|
50.000
440.000
420.000
|
|||
27
|
Dijual
|
100
400
|
500
550
|
50.000
275.000
|
400
700
|
550
600
|
220.000
420.000
|
Dari kartu
persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
400 @ Rp. 550 = Rp. 220.000
400 @ Rp. 550 = Rp. 220.000
700 @ Rp.
600 =
Rp. 420.000
1.100 Rp.
640.000
b. Metode
LIFO:
Dalam metode ini diasumsikan
bahwa harga pokok dari persediaan yang terakhir masuk dari pembelian,
dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.
Tgl
|
Ket
|
Diterima
|
Dikeluarkan
|
Persediaan (saldo)
|
||||||
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
||
Jan1
|
Persediaan
|
1000
|
500
|
500.000
|
||||||
10
|
Pembelian
|
800
|
550
|
440.000
|
1000
800
|
500
550
|
500.000
440.000
|
|||
18
|
Dijual
|
800
100
|
550
500
|
440.000
50.000
|
900
|
500
|
450.000
|
|||
20
|
Pembelian
|
700
|
600
|
420.000
|
900
700
|
500
600
|
450.000
420.000
|
|||
27
|
Dijual
|
500
|
600
|
300.000
|
900
200
|
500
600
|
450.000
120.000
|
Dari kartu
persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
900 @ Rp. 500 = Rp. 450.000
900 @ Rp. 500 = Rp. 450.000
200 @ Rp.
600 =
Rp. 120.000
1.100 Rp.
570.000
c. Metode
Rata-Rata Bergerak:
Metode rata-rata yang
digunakan pada metode perpetual ini biasanya disebut dengan Rata-rata bergerak.
Dikatakan bergerak karena harga per unit persediaan selalu bergerak / berubah
sesuai dengan terjadinya perubahan / mutasi pada jumlah unit persediaan yang
dimiliki perusahaan. Berikut ini bentuk kartu persediaan dengan metode rata-rata bergerak:
Tgl
|
Diterima
|
Dikeluarkan
|
Persediaan (saldo)
|
||||||
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
|
Jan1
|
1000
|
500
|
500.000
|
||||||
10
|
800
|
550
|
440.000
|
1800
|
522,2
|
940.000
|
|||
18
|
900
|
522,2
|
469.980
|
900
|
522,2
|
469,980
|
|||
20
|
700
|
600
|
420.000
|
1.600
|
556,2
|
889,980
|
|||
27
|
500
|
556,2
|
278.100
|
1.100
|
556,2
|
611.820
|
Dari harga
perhitungan diatas maka besarnya nilai persediaan sebanyak 1.100 unit adalah
sebesar Rp. 611.820
SOAL LATIHAN
UD Abiseka
mencatat mutasi persediaan barang dagang dengan sistem perpetual. Transaksi
selama bulan Agustus 2009 sebagai berikut:
Agustus 01 Persediaan
awal barang sebanyak 5.000 kg @Rp3.000
Agustus
03 Dibeli barang dagang sebanyak 2.000 kg @Rp
3.500
Agustus
05 Dijual barang dagang sebanyak 5.000 kg @Rp
6.000
Agustus
08 Dikembalikan dari penjualan kepada UD. Sentosa
sebanyak 1.000 kg
Agustus
11 Dibeli barang dagang sebanyak 1.000 kg @3.700
Agustus
14 Dibeli barang dari Toko Mekar sebanyak 3.000 kg
@Rp 3.400
Agustus
16 Dikembalikan barang kepada Toko Mekar sebanyak
1.000 kg, faktur no. 22
Agustus
22 Dijual kepada Toko Jaya sebanyak 3.000 kg @Rp
5.500
Agustus
28 Dibeli barang dagang dari UD. Srijaya sebanyak
2.000 kg @Rp 3.200
Diminta :
a. Mencatat data ke dalam kartu persediaan bulan Agustus dengan Metode FIFO,
LIFO dan Average ?
b. Membuat ayat jurnal umum yang
diperlukan dari transaksi diatas?
c. Menghitung
Nilai Persediaan
No comments:
Post a Comment